21 May
Risiko Pneumonia pada anak

Vaksinasi pada bayi Indonesia untuk jenis pneumonia atau meningitis hingga kini dianggap masih kurang memadai. Padahal menurut penelitian, tingkat penyebaran penyakit ini pada bayi balita di Asia masih sangat tinggi.
Kalau Anda berpikir bahwa berita mengenai penelitian yang menunjukan tingginya potensi balita di Asia yang menderita pneumonia hanyalah basa-basi, segera urungkan pemikiran tersebut. Ini terbukti dengan rilis yang dikeluarkan oleh Asosiasi Dokter Anak Asia Pasifik (APPA). Di rilis tersebut dinyatakan bahwa satu dari 33 anak di Lombok diindikasikan akan memiliki penyakit tersebut. Bila vaksinasi jenis Hib (Haemophilus influenzae type b), tidak segera dilakukan di pulau yang terkenal dengan gunung Rinjaninya itu.
Dr. Bradford D. Gessner, peneliti yang melakukan studi kasus penyakit tersebut di Pulau Lombok menyatakan bahwa rata-rata penyebaran penyakit Hib meningitis di sana ditemukan pada 158 kasus dari 100.000 balita per tahun yang merupakan salah satu frekuensi tertinggi yang pernah tercatat dalam banyak studi serupa.
Hasil penelitian tersebut kemudian dibeberkan Dr. Bradford, pada saat diselenggarakannya konferensi “Vaccinology 2004: Focus on Hib in Asia” di Kuala Lumpur, Malaysia baru-baru ini yang mengangkat isu kesadaran Hib di Asia.
Dari hasil penelitian tersebut Dr. Bradford juga menyatakan bahwa hal tersebut terjadi lantaran masih kurang meratanya program vaksinasi Hib di daerah kepulauan tersebut. “Kurang meratanya program vaksinasi telah menyebabkan penyebaran penyakit Hib sebagai penyebab utama kematian dan masalah dalam pertumbuhan anak-anak,” ucap Prof. Mohammad Sham Kasim, selaku Sekretaris Jenderal APPA.
Khusus untuk masalah pencegahan ini Dr. Bradford tampaknya sependapat juga Prof. Mohammad. Dan ia kemudian juga menambahkan bahwa jenis penyakit ini, hanya bisa di cegah dengan vaksin Hib. “Saya memiliki beberapa bukti yang menunjukkan bahwa vaksin Hib sangat efektif untuk mencegah Hib,” urai Dr. Bradford. Oleh karena bukti penelitiannya tersebut maka dengan yakin ia menyatakan bahwa vaksin Hib dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi risiko kematian dan terjangkitnya penyakit-penyakit berbahaya meningitis terhadap anak-anak.

Obat Vaksin anakObat Vaksin anakHingga kini di lebih dari 20 negara, termasuk Australia, Kanada, Selandia Baru, sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat, penyakit Hib telah berhasil ditanggulangi dengan menyediakan vaksin Hib dan memasukkannya ke dalam program imunisasi nasional. Namun sayangnya di Indonesia hal itu tampaknya masih menjadi angan-angan belaka.
“Di banyak negara, 30 hingga 40 persen anak-anak yang terjangkit penyakit meningitis Hib meninggal karena terbatasnya akses terhadap perawatan medis maupun imunisasi Hib,” ungkap Prof. Mathuram Santosham, Direktur Program Sistem Pelayanan dari Universitas John Hopkins, menanggapi hal tersebut.
Dan ini sangat terasa bedanya bila dibandingkan dengan jumlah total balita meninggal di negara-negara dengan fasilitas medis yang memadai dan menjalani program imunisasi Hib nasional. “Di negara-negara dengan fasilitas medis yang memadai angka kematian balita akibat terinfeksi virus Hib hanya 5 hingga 10 persen totalnya,” tambah Prof. Mutharam lagi.
Hingga kini WHO memperkirakan bahwa Hib menjadi penyebab paling tidak tiga juta kasus penyakit serius dan penyebab kematian anak-anak balita sekitar 400.000 sampai 700.000 setiap tahunnya.
Melihat indikasi tersebut, maka sudah sepantasnya pihak pemerintah Indonesia mulai memperhatikan masalah ini. Apalagi bila mengingat dampak dari penyakit ini yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk kelumpuhan, keterbelakangan mental dan tuna rungu. Bahkan pada beberapa kasus telah terbukti menimbulkan kematian.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.
I BUILT MY SITE FOR FREE USING